Inilah Rahasia 15 Mitos Orang Jawa Yang Menyimpan Pesan Bijak - Jangan merasa larangan-larangan orangtua kita dulu konyol, kalo belum tahu alasanya. Seringkali kita mendengar larangan untuk melakukan hal-hal tertentu dengan alasan yang kurang bisa diterima bahkan tidak masuk akal, pamali katanya. Ya, mitos! Dan kita pun menyepelekannya sesering kita mendengarnya.
Biasanya anak-anaklah yang menjadi ‘korban’ mitos-mitos ini. Mereka mendapat larangan dari orang tua, kakak, atau orang yang lebih dewasa dengan dalih ‘ndak ilok!’ (tidak boleh) tanpa penjelasan kenapa hal itu dilarang.
Suku Jawa dengan populasi terbesar pada pulau terpadat yang juga bernama sama di Nusantara ini dikenal dengan banyaknya mitos yang berkembang dalam kehidupan masyarakatnya.
Tetapi kita perlu tahu, sebenarnya mitos-mitos itu bukan sekedar bualan belaka. Ternyata dibalik mitos-mitos tersebut ada nilai kearifan yang bijaksana. Mulai dari aspek sosial, kesehatan, hingga genetika, berikut 15 mitos orang jawa yang dikutip dari hipwee.
1. Jangan Makan Buah Beserta Bijinya, Awas Bisa Tumbuh di Atas Kepala
“Jangan ditelan bijinya. Hiii, nanti bijinya tumbuh di kepala loh!” mereka, orang dewasa, dengan nada jahil menakuti.
Anak kecil pun dengan polosnya meludahkan biji-biji dan memegang kepala, sambil mengingat-ingat apakah atau berapa banyak biji yang tertelan. Sambil membayangkan betapa seramnya ada pohon jeruk tumbuh di atas kepala kita yang akarnya menyerap darah kita untuk tumbuh.
Katanya, ketika kita minum itu sama dengan menyiraminya, dan makan adalah memberinya pupuk. Benar saja mereka mulai ogah-ogahan minum dan makan. Dan benar-benar membuang biji-biji itu. Takut pohon itu benar-benar tumbuh.
Larangan menelan biji buah adalah mitos paling populer sekaligus paling ditakuti. Dibalik mitos ini, ternyata kita diajarkan untuk melestarikan alam. Yaitu dengan membiarkan biji tersebut tidak termakan sehingga akan tumbuh di suatu tempat.
2. Jangan Keluar Rumah di Waktu Senja, Nanti Dimakan Kolo
Karena keasyikan bermain di sore hari kita pun pulang ke rumah menjelang gelap.
Ibu: Jangan ke luar kalau senja. Pulangnya jangan sampai magrib. Nanti dimakan kolo kamu!”
Anak: Kolo itu apa?
Ibu: Hantu yang makan matahari, makanya warnanya merah! Kamu mau dibawa dia?
Alhasil kita pun menurut dengan bayang-bayang kalau tidak akan dibawa hantu yang makan matahari.
Ternyata, yang dimaksud kolo adalah waktu (Indonesia=kala). Apa maksudnya dimakan kala? Karena waktu sholat magrib yang pendek hanya sekitar 40 menit, kalau pergi nanti keburu waktunya habis. Sampai sekarang pun jika bepergian mendekati magrib orang akan menunggu sampai setelah magrib. Dan sebenarnya ada fakta ilmiah dibalik larangan ini.
3. Kalau Makan Harus Dihabiskan, Kalau Tidak Binatang Ternak Akan Mati
Mitos ini biasanya diancamkan pada anak yang susah makan dan tidak menghabiskan makanannya. Karena dulu hampir setiap keluarga memelihara ternak dan biasanya merupakan hewan yang disenangi oleh si anak. Dengan doktrin mitos hewan kesayangannya akan mati, diharapkan dia mau makan.
Ketika budaya beternak di pekarangan mulai ditinggalkan karena keterbatasan lahan, mitos itu pun bergeser menjadi ‘nanti pak tani nangis.’
Ternyata, ada dua nilai kearifan yang ditanamkan melalui mitos ini. Yaitu menghargai makanan sebagai rezeki karena banyak orang mati karena tidak bisa makan dan kasih sayang kepada sesama.
4. Kalau Duduk di Atas Bantal Nanti Pantatnya Bisulan
Orang jawa identik dengan lesehan. Dari kebiasaan lesehan ini anak-anak biasanya menggunakan bantal tidur sebagai alas duduk. Mitos ini mengajarkan bahwa tidak etis benda untuk kepala digunakan untuk alas pantat.
5. Menyapu Diarahkan Keluar, Menjauhkan Rejeki
Dalam perhitungan peruntungan Jawa, sebuah rumah harus memiliki pintu belakang. Fungsinya digunakan untuk membuang kotoran ketika menyapu dan keluar-masuk ketika ada tamu sehingga tidak mengganggu. Mitos ini muncul ketika sebagian orang mulai membangun rumah tanpa pintu belakang.
Silaturahmi dipercaya sebagai pengundang rezeki. Nah, ketika ada tamu datang berkunjung lalu kita sedang menyapu dan mengarahkan kotoran itu ke depan rumah kan tidak sopan?
6. Cuci Kaki Sebelum Masuk Rumah Agar Tidak Ditempeli
Dulu di depan rumah diletakkan sebuah gentong berisi air untuk cuci kaki, tangan atau wajah sebelum masuk rumah. Katanya, jika tidak mencuci kaki setelah bepergian maka kita masih ‘ditempeli.’(dirasuki jin/setan)
Bagi masyarakat zaman sekarang mungkin ‘ditempeli’ bukanlah sesuatu yang mudah diterima atau dipercaya. Walaupun eksperimen metafisis dan spiritual membuktikan kebenarannya, alias ini bukan mitos.
Tetapi alasan yang lebih rasional adalah agar rumah lebih terjaga kebersihannya.
7. Jangan Mainan Beras, Nanti Tangannya Keteng
Yang namanya anak kecil pasti suka memainkan apa saja yang ada di sekelilingnya. Termasuk ketika dia ikut ibunya belanja atau bermain di dapur. Beras pun tak luput jadi mainannya, walaupun hanya diaduk-aduk dan diremas-remas. “Hus, nanti keteng tangannya!”
Mitos ini menunjukkan betapa mulianya bahan pangan yang satu ini sebagai makanan pokok dalam budaya kuliner Jawa. Karena hal ini hanya berlaku pada beras. Tidak pada gula maupun tepung. (keteng = jari-jarinya lengket)
8. Jangan Berdiri di Ambang Pintu Sewaktu Hujan, Nanti Disambar Petir!
Biasanya ketika hujan, anak kecil pasti langsung ingin berhambur berhujan ria atau melihat hujan dari teras depan rumah dengan melongok dari pintu. “Ndak boleh nanti disambar petir loh!”
Maksud mitos ini adalah agar tempias air hujan tidak masuk ke dalam rumah. selain itu ketika hujan serangga seperti lalat dan nyamuk mencari teduhan juga, maka pintu harus ditutup.
9. Mandi di Malam Hari Mengakibatkan Linu dan Nyeri
Seringkali karena banyaknya kegiatan di sekolah atau lembur kerja kita pun pulang sampai di rumah saat hari sudah malam. Tentu gak nyaman kan kalau tidak membersihkan diri dulu alias mandi sebelum beristirahat. Nggak nyaman dan nggak segar! Tetapi katanya, mandi di malam hari itu membuat badan akan terasa linu atau nyeri-nyeri dan asam urat.
Secara medis ternyata mandi di malam hari memang membuat pembuluh darah menyempit sehingga peredaran darah agak terhambat. Hal inilah yang mengakibatkan rasa nyeri tersebut karena terjadinya tumpukan asam di persendian. Ajaibnya masyarakat Jawa dahulu sudah mengetahui ini.
10. Anak Gadis Harus Mandi Sebelum Sore, Kalau Tidak Akan Jauh Dari Jodoh
Mitos ini ditimpakan khusus kepada para gadis. Bagi mereka yang belum bersih-bersih rumah, mandi, dan rapi sebelum ashar konon katanya akan jauh dari jodoh. Mungkin mitos ini terdengar sangat konyol ya?
Tetapi mari kita berpikir sejenak. Sebenarnya mitos ini mengajarkan sejak dini kepada para gadis untuk menjadi ibu rumah tangga yang baik dan menghormati suaminya. Mitos ini didoktrinkan agar para gadis kecil terbiasa menyelesaikan pekerjaan rumah dan rapih sebelum petang. Bukankah ini pemikiran kuno yang sangat visioner?
11. Angkat Jemuran Sebelum Gelap Biar Gak Masuk Angin!
Konon jika jemuran yang sudah kering kita biarkan sampai malam, akan membuat kita sakit saat memakainya nanti. Jika logika ini langsung kita lahap saja tentu gak logis kan?
Ternyata begini, baju yang kita biarkan sampai malam akan menjadi agak lembab karena embun. Udara dingin malam dan baju yang lembab bisa mengakibatkan tubuh kita masuk angin. Tidak hanya itu, bukankah hujan seringkali terjadi saat sore?
12. Dilarang Menyapu Malam Hari!
Menyapu di malam hari menjadi pantangan bagi masyarakat jawa. Tidak ada ancaman atau akibat buruk yang ditimpakan seperti mitos-mitos lainnya memang, hanya larangan saja. Eit, jangan salah ini tak sekedar petuah bodong lho!
Karena dahulu rumah-rumah hanya diterangi dengan lampu minyak temple, maka penerangannya pun minim. Jika kita menyapu dengan cahaya kurang terang dimungkinkan ada benda yang ikut tersapu atau kurang bersih. Selain itu malam hari adalah saat untuk beristirahat, menyapu tentu menyebarkan debu dan membuat udara tidak nyaman.
13. Ibu Hamil Dilarang Makan Pisang Gandeng, Nanti Bayinya Kembar Siam
Pernah tahu sisir pisang yang beberapa buahnya gandeng? Ya, kulit mereka menyatu. Konon itu adalah pantangan bagi ibu hamil untuk memakannya. Katanya, nanti bisa mengakibatkan bayi yang dikandungnya lahir dengan keadaan kembar siam.
Sebuah penelitian pengaruh bahan makanan yang bermutasi atau hasil rekayasa genetic terhadap kesehatan tubuh membuktikan bahwa bahan makanan tersebut berpengaruh terhadap tubuh. Hal ini didasarkan pada serangga yang mulai kebal terhadap pestisida dan gulma yang semakin liar karena penyerbukan dari sari tanaman unggul.
Nah orang Jawa menganggap bahwa pisang yang mengalami kelainan genetis tersebut akan berakibat pada bayi yang dikandung oleh sang ibu. Tetapi hal ini tidak terbukti. Terlepas dari itu, betapa orang jawa dahulu sangat antisipatif! Tetapi, orang yang ingin punya anak kembar malah mencari pisang yang gandeng lho!
14. Kalau Meludah Sembarangan Nanti Bibirnya Jadi Sumbing
Anak kecil jika saling olok-mengolok biasanya sampai ludah-ludahan. Mitos ini mendoktrinkan rasa takut nanti bibir menjadi sumbing karena meludah sembarangan. Maksud mitos ini tentu sudah jelas, yaitu mengajarkan sopan-santun, tata krama dan kebersihan lingkungan.
Nah, sekarang sudah tahu kan "there is gold behind myth!" Hal ini sekaligus sebagai bukti tingkat peradaban para leluhur kita lho! Ini masih di Jawa, tentunya banyak lagi mitos-mitos emas dari berbagai daerah di Nusantara. Artinya, betapa bangsa ini kaya dan cerdas ya!
15. Anak gadis yang belum menikah jangan makan ayam bagian sayap. Nanti malah jauh jodohnya.
Ternyata bila dilihat dari segi gizi, bagian sayap pada ayam jawa memang sedikit. Lain halnya dengan bagian dada, ataupun paha. Gimana mau dapat jodoh kalau makananya saja nggak bergizi, gimana bisa tambah cantik dan sehat. Malah jadi kekurangan gizi. Jadi nggak ada cowok nglirik girls.
Nah, sekarang nggak asal nebak kan?? Kenapa orangtua kita dulu melarang hal hal tersebut, ternyata dari sekian mitos orang jawa dulu dapat diambil hikmahnya, (1). Sangat santun, (2). Sudah berpikir jauh kedepan, (3). Sudah terpelajar.
Biasanya anak-anaklah yang menjadi ‘korban’ mitos-mitos ini. Mereka mendapat larangan dari orang tua, kakak, atau orang yang lebih dewasa dengan dalih ‘ndak ilok!’ (tidak boleh) tanpa penjelasan kenapa hal itu dilarang.
Suku Jawa dengan populasi terbesar pada pulau terpadat yang juga bernama sama di Nusantara ini dikenal dengan banyaknya mitos yang berkembang dalam kehidupan masyarakatnya.
Tetapi kita perlu tahu, sebenarnya mitos-mitos itu bukan sekedar bualan belaka. Ternyata dibalik mitos-mitos tersebut ada nilai kearifan yang bijaksana. Mulai dari aspek sosial, kesehatan, hingga genetika, berikut 15 mitos orang jawa yang dikutip dari hipwee.
1. Jangan Makan Buah Beserta Bijinya, Awas Bisa Tumbuh di Atas Kepala
“Jangan ditelan bijinya. Hiii, nanti bijinya tumbuh di kepala loh!” mereka, orang dewasa, dengan nada jahil menakuti.
Anak kecil pun dengan polosnya meludahkan biji-biji dan memegang kepala, sambil mengingat-ingat apakah atau berapa banyak biji yang tertelan. Sambil membayangkan betapa seramnya ada pohon jeruk tumbuh di atas kepala kita yang akarnya menyerap darah kita untuk tumbuh.
Katanya, ketika kita minum itu sama dengan menyiraminya, dan makan adalah memberinya pupuk. Benar saja mereka mulai ogah-ogahan minum dan makan. Dan benar-benar membuang biji-biji itu. Takut pohon itu benar-benar tumbuh.
Larangan menelan biji buah adalah mitos paling populer sekaligus paling ditakuti. Dibalik mitos ini, ternyata kita diajarkan untuk melestarikan alam. Yaitu dengan membiarkan biji tersebut tidak termakan sehingga akan tumbuh di suatu tempat.
2. Jangan Keluar Rumah di Waktu Senja, Nanti Dimakan Kolo
Karena keasyikan bermain di sore hari kita pun pulang ke rumah menjelang gelap.
Ibu: Jangan ke luar kalau senja. Pulangnya jangan sampai magrib. Nanti dimakan kolo kamu!”
Anak: Kolo itu apa?
Ibu: Hantu yang makan matahari, makanya warnanya merah! Kamu mau dibawa dia?
Alhasil kita pun menurut dengan bayang-bayang kalau tidak akan dibawa hantu yang makan matahari.
Ternyata, yang dimaksud kolo adalah waktu (Indonesia=kala). Apa maksudnya dimakan kala? Karena waktu sholat magrib yang pendek hanya sekitar 40 menit, kalau pergi nanti keburu waktunya habis. Sampai sekarang pun jika bepergian mendekati magrib orang akan menunggu sampai setelah magrib. Dan sebenarnya ada fakta ilmiah dibalik larangan ini.
3. Kalau Makan Harus Dihabiskan, Kalau Tidak Binatang Ternak Akan Mati
Mitos ini biasanya diancamkan pada anak yang susah makan dan tidak menghabiskan makanannya. Karena dulu hampir setiap keluarga memelihara ternak dan biasanya merupakan hewan yang disenangi oleh si anak. Dengan doktrin mitos hewan kesayangannya akan mati, diharapkan dia mau makan.
Ketika budaya beternak di pekarangan mulai ditinggalkan karena keterbatasan lahan, mitos itu pun bergeser menjadi ‘nanti pak tani nangis.’
Ternyata, ada dua nilai kearifan yang ditanamkan melalui mitos ini. Yaitu menghargai makanan sebagai rezeki karena banyak orang mati karena tidak bisa makan dan kasih sayang kepada sesama.
4. Kalau Duduk di Atas Bantal Nanti Pantatnya Bisulan
Orang jawa identik dengan lesehan. Dari kebiasaan lesehan ini anak-anak biasanya menggunakan bantal tidur sebagai alas duduk. Mitos ini mengajarkan bahwa tidak etis benda untuk kepala digunakan untuk alas pantat.
5. Menyapu Diarahkan Keluar, Menjauhkan Rejeki
Dalam perhitungan peruntungan Jawa, sebuah rumah harus memiliki pintu belakang. Fungsinya digunakan untuk membuang kotoran ketika menyapu dan keluar-masuk ketika ada tamu sehingga tidak mengganggu. Mitos ini muncul ketika sebagian orang mulai membangun rumah tanpa pintu belakang.
Silaturahmi dipercaya sebagai pengundang rezeki. Nah, ketika ada tamu datang berkunjung lalu kita sedang menyapu dan mengarahkan kotoran itu ke depan rumah kan tidak sopan?
6. Cuci Kaki Sebelum Masuk Rumah Agar Tidak Ditempeli
Dulu di depan rumah diletakkan sebuah gentong berisi air untuk cuci kaki, tangan atau wajah sebelum masuk rumah. Katanya, jika tidak mencuci kaki setelah bepergian maka kita masih ‘ditempeli.’(dirasuki jin/setan)
Bagi masyarakat zaman sekarang mungkin ‘ditempeli’ bukanlah sesuatu yang mudah diterima atau dipercaya. Walaupun eksperimen metafisis dan spiritual membuktikan kebenarannya, alias ini bukan mitos.
Tetapi alasan yang lebih rasional adalah agar rumah lebih terjaga kebersihannya.
7. Jangan Mainan Beras, Nanti Tangannya Keteng
Yang namanya anak kecil pasti suka memainkan apa saja yang ada di sekelilingnya. Termasuk ketika dia ikut ibunya belanja atau bermain di dapur. Beras pun tak luput jadi mainannya, walaupun hanya diaduk-aduk dan diremas-remas. “Hus, nanti keteng tangannya!”
Mitos ini menunjukkan betapa mulianya bahan pangan yang satu ini sebagai makanan pokok dalam budaya kuliner Jawa. Karena hal ini hanya berlaku pada beras. Tidak pada gula maupun tepung. (keteng = jari-jarinya lengket)
8. Jangan Berdiri di Ambang Pintu Sewaktu Hujan, Nanti Disambar Petir!
Biasanya ketika hujan, anak kecil pasti langsung ingin berhambur berhujan ria atau melihat hujan dari teras depan rumah dengan melongok dari pintu. “Ndak boleh nanti disambar petir loh!”
Maksud mitos ini adalah agar tempias air hujan tidak masuk ke dalam rumah. selain itu ketika hujan serangga seperti lalat dan nyamuk mencari teduhan juga, maka pintu harus ditutup.
9. Mandi di Malam Hari Mengakibatkan Linu dan Nyeri
Seringkali karena banyaknya kegiatan di sekolah atau lembur kerja kita pun pulang sampai di rumah saat hari sudah malam. Tentu gak nyaman kan kalau tidak membersihkan diri dulu alias mandi sebelum beristirahat. Nggak nyaman dan nggak segar! Tetapi katanya, mandi di malam hari itu membuat badan akan terasa linu atau nyeri-nyeri dan asam urat.
Secara medis ternyata mandi di malam hari memang membuat pembuluh darah menyempit sehingga peredaran darah agak terhambat. Hal inilah yang mengakibatkan rasa nyeri tersebut karena terjadinya tumpukan asam di persendian. Ajaibnya masyarakat Jawa dahulu sudah mengetahui ini.
10. Anak Gadis Harus Mandi Sebelum Sore, Kalau Tidak Akan Jauh Dari Jodoh
Mitos ini ditimpakan khusus kepada para gadis. Bagi mereka yang belum bersih-bersih rumah, mandi, dan rapi sebelum ashar konon katanya akan jauh dari jodoh. Mungkin mitos ini terdengar sangat konyol ya?
Tetapi mari kita berpikir sejenak. Sebenarnya mitos ini mengajarkan sejak dini kepada para gadis untuk menjadi ibu rumah tangga yang baik dan menghormati suaminya. Mitos ini didoktrinkan agar para gadis kecil terbiasa menyelesaikan pekerjaan rumah dan rapih sebelum petang. Bukankah ini pemikiran kuno yang sangat visioner?
11. Angkat Jemuran Sebelum Gelap Biar Gak Masuk Angin!
Konon jika jemuran yang sudah kering kita biarkan sampai malam, akan membuat kita sakit saat memakainya nanti. Jika logika ini langsung kita lahap saja tentu gak logis kan?
Ternyata begini, baju yang kita biarkan sampai malam akan menjadi agak lembab karena embun. Udara dingin malam dan baju yang lembab bisa mengakibatkan tubuh kita masuk angin. Tidak hanya itu, bukankah hujan seringkali terjadi saat sore?
12. Dilarang Menyapu Malam Hari!
Menyapu di malam hari menjadi pantangan bagi masyarakat jawa. Tidak ada ancaman atau akibat buruk yang ditimpakan seperti mitos-mitos lainnya memang, hanya larangan saja. Eit, jangan salah ini tak sekedar petuah bodong lho!
Karena dahulu rumah-rumah hanya diterangi dengan lampu minyak temple, maka penerangannya pun minim. Jika kita menyapu dengan cahaya kurang terang dimungkinkan ada benda yang ikut tersapu atau kurang bersih. Selain itu malam hari adalah saat untuk beristirahat, menyapu tentu menyebarkan debu dan membuat udara tidak nyaman.
13. Ibu Hamil Dilarang Makan Pisang Gandeng, Nanti Bayinya Kembar Siam
Pernah tahu sisir pisang yang beberapa buahnya gandeng? Ya, kulit mereka menyatu. Konon itu adalah pantangan bagi ibu hamil untuk memakannya. Katanya, nanti bisa mengakibatkan bayi yang dikandungnya lahir dengan keadaan kembar siam.
Sebuah penelitian pengaruh bahan makanan yang bermutasi atau hasil rekayasa genetic terhadap kesehatan tubuh membuktikan bahwa bahan makanan tersebut berpengaruh terhadap tubuh. Hal ini didasarkan pada serangga yang mulai kebal terhadap pestisida dan gulma yang semakin liar karena penyerbukan dari sari tanaman unggul.
Nah orang Jawa menganggap bahwa pisang yang mengalami kelainan genetis tersebut akan berakibat pada bayi yang dikandung oleh sang ibu. Tetapi hal ini tidak terbukti. Terlepas dari itu, betapa orang jawa dahulu sangat antisipatif! Tetapi, orang yang ingin punya anak kembar malah mencari pisang yang gandeng lho!
14. Kalau Meludah Sembarangan Nanti Bibirnya Jadi Sumbing
Anak kecil jika saling olok-mengolok biasanya sampai ludah-ludahan. Mitos ini mendoktrinkan rasa takut nanti bibir menjadi sumbing karena meludah sembarangan. Maksud mitos ini tentu sudah jelas, yaitu mengajarkan sopan-santun, tata krama dan kebersihan lingkungan.
Nah, sekarang sudah tahu kan "there is gold behind myth!" Hal ini sekaligus sebagai bukti tingkat peradaban para leluhur kita lho! Ini masih di Jawa, tentunya banyak lagi mitos-mitos emas dari berbagai daerah di Nusantara. Artinya, betapa bangsa ini kaya dan cerdas ya!
15. Anak gadis yang belum menikah jangan makan ayam bagian sayap. Nanti malah jauh jodohnya.
Ternyata bila dilihat dari segi gizi, bagian sayap pada ayam jawa memang sedikit. Lain halnya dengan bagian dada, ataupun paha. Gimana mau dapat jodoh kalau makananya saja nggak bergizi, gimana bisa tambah cantik dan sehat. Malah jadi kekurangan gizi. Jadi nggak ada cowok nglirik girls.
Nah, sekarang nggak asal nebak kan?? Kenapa orangtua kita dulu melarang hal hal tersebut, ternyata dari sekian mitos orang jawa dulu dapat diambil hikmahnya, (1). Sangat santun, (2). Sudah berpikir jauh kedepan, (3). Sudah terpelajar.
Thanks for reading Inilah Rahasia 15 Mitos Orang Jawa Yang Menyimpan Pesan Bijak. Please share...!
0 Comment for "Inilah Rahasia 15 Mitos Orang Jawa Yang Menyimpan Pesan Bijak"