Kisah, 5 Anak Yatim Piatu Tidur di Gubuk Dengan Kambing di Bogor - Miris dan mengenaskan. Begitulah kira-kira menggambarkan kehidupan lima anak-anak keluarga pasangan Didi dan Supiyah. Sejak keduanya meninggal 2012 lalu, kehidupan mereka makin memprihatinkan.
Kanta (33), Subur (19), Sabar (17), Idris (11), dan Neng Alung (9) harus tinggal di sebuah gubuk reyot di Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dari semuanya, hanya dua yang masih bersekolah, yakni Neng Alung kelas 3 Madrasah Ibtidaiyah (MI), dan Idris kelas 5 MI.
“Kakak kerja serabutan, angon kambing. Buat (biaya) sehari–hari susah,” tutur Sabar dilansir Radar Sukabumi Online (Jawa Pos Grup), Minggu (9/10).
Mengingat kambing yang diangon sang kakak hanya titipan orang, mereka pun terpaksa berbagi “kandang” ketika hujan datang. Kondisi itulah yang kemudian tersebar di media sosial tentang kehidupan lima kakak-beradik yatim-piatu yang hidup dalam “kandang”.
“Semuanya, lima anak itu tinggal di rumah reyot. Belum pernah sama sekali mendapat bantuan,” tutur aktivis sosial Bogor Barat Dessy Suprihatini.
Seperti yang dilansir dari jawaposcom, Kondisi kehidupan mereka sangat jauh dari kata layak. Gubuk itu hanya berukuran 4×2 meter, dengan tempat tidur berupa tikar di atas papan 2×4 meter. Kamar tidur, ruang keluarga dan dapur bercampur menjadi satu.
“Sehari–hari mereka harus menunggu belas kasihan tetangganya untuk bisa makan. Karena anak pertamanya bekerja sebagai kuli serabutan. Kondisi ini membuat beban hidup mereka semakin berat dan butuh uluran bantuan dari semua pihak,” ucap Dessy menggebu.
Kabar ini pun membuat panas telinga Bupati Bogor Nurhayanti. Kemarin, Yanti -sapaan Nurhayanti- langsung memerintahkan aparatur setempat meninjau kondisi keluarga tersebut. Termasuk langsung menginvetarisasi kebutuhan anak-anak tersebut. Terlebih bagi si kecil yang masih bersekolah.
"Insya Allah pak camat sudah ditugaskan untuk datang ke lokasi,” ujar Yanti.
Dia juga meminta agar kelima anak yatim piatu tersebut mendapat perhatian lebih lanjut, serta kediaman mereka segera direhabilasi melalui program rumah tidak layak huni (RTLH).
“Saya minta dicarikan solusi untuk penanganan lainnya,” imbuhnya.
Mantan Sekretaris Daerah Kabupaten Bogor itu berencana untuk mendatangi lokasi setelah mendapatkan hasil laporan dari kecamatan. Musababnya, rumah gubuk tersebut tak masuk dalam program RTLH Pemkab. Padahal Yanti mengaku telah menargetkan 15.000 unit RTLH di seluruh wilayah Kabupaten Bogor.
Kanta (33), Subur (19), Sabar (17), Idris (11), dan Neng Alung (9) harus tinggal di sebuah gubuk reyot di Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dari semuanya, hanya dua yang masih bersekolah, yakni Neng Alung kelas 3 Madrasah Ibtidaiyah (MI), dan Idris kelas 5 MI.
“Kakak kerja serabutan, angon kambing. Buat (biaya) sehari–hari susah,” tutur Sabar dilansir Radar Sukabumi Online (Jawa Pos Grup), Minggu (9/10).
Mengingat kambing yang diangon sang kakak hanya titipan orang, mereka pun terpaksa berbagi “kandang” ketika hujan datang. Kondisi itulah yang kemudian tersebar di media sosial tentang kehidupan lima kakak-beradik yatim-piatu yang hidup dalam “kandang”.
“Semuanya, lima anak itu tinggal di rumah reyot. Belum pernah sama sekali mendapat bantuan,” tutur aktivis sosial Bogor Barat Dessy Suprihatini.
Seperti yang dilansir dari jawaposcom, Kondisi kehidupan mereka sangat jauh dari kata layak. Gubuk itu hanya berukuran 4×2 meter, dengan tempat tidur berupa tikar di atas papan 2×4 meter. Kamar tidur, ruang keluarga dan dapur bercampur menjadi satu.
“Sehari–hari mereka harus menunggu belas kasihan tetangganya untuk bisa makan. Karena anak pertamanya bekerja sebagai kuli serabutan. Kondisi ini membuat beban hidup mereka semakin berat dan butuh uluran bantuan dari semua pihak,” ucap Dessy menggebu.
Kabar ini pun membuat panas telinga Bupati Bogor Nurhayanti. Kemarin, Yanti -sapaan Nurhayanti- langsung memerintahkan aparatur setempat meninjau kondisi keluarga tersebut. Termasuk langsung menginvetarisasi kebutuhan anak-anak tersebut. Terlebih bagi si kecil yang masih bersekolah.
"Insya Allah pak camat sudah ditugaskan untuk datang ke lokasi,” ujar Yanti.
Dia juga meminta agar kelima anak yatim piatu tersebut mendapat perhatian lebih lanjut, serta kediaman mereka segera direhabilasi melalui program rumah tidak layak huni (RTLH).
“Saya minta dicarikan solusi untuk penanganan lainnya,” imbuhnya.
Mantan Sekretaris Daerah Kabupaten Bogor itu berencana untuk mendatangi lokasi setelah mendapatkan hasil laporan dari kecamatan. Musababnya, rumah gubuk tersebut tak masuk dalam program RTLH Pemkab. Padahal Yanti mengaku telah menargetkan 15.000 unit RTLH di seluruh wilayah Kabupaten Bogor.
Thanks for reading Kisah, 5 Anak Yatim Piatu Tidur di Gubuk Dengan Kambing di Bogor. Please share...!
0 Comment for "Kisah, 5 Anak Yatim Piatu Tidur di Gubuk Dengan Kambing di Bogor"